Hari ini, 19 Mei 2019 diperingati sebagai Hari Raya Waisak bagi seluruh umat Buddha di dunia. Tentu saja hari raya ini akan dihabiskan bersama orang-orang terkasih, seperti keluarga, sahabat, dan pasangan. Nah, ada yang menarik dalam perayaan hari raya Waisak ini, nih, yakni ritual pelepasan 1.000 lampion. Sebenarnya, ritual seperti apakah pelepasan lampion ini dan apa maknanya? Yuk, simak pembahasan ProcurA Blog di bawah ini!
Ritual saat Hari Raya WAisak
Candi Borobudur merupakan kuil Buddha terbesar di dunia, maka tak heran jika Candi Borobudur selalu digunakan sebagai pusat perayaan Waisak yang didatangi oleh pemuka agama Buddha dari seluruh negara.
Dalam hari raya Waisak, ada rangkaian ritual yang dijalankan umat Buddha seperti pengambilan air suci dari Umbul Jumprit dan api abadi di Mrapen yang keduanya berada di Jawa Tengah. Kemudian memanjatkan doa yang dipimpin para Biksu, dilanjutkan ritual kirab dari Candi Mendut menuju Candi Borobudur.
Sesampainya di Candi Borobudur, umat Buddha akan dibagi sesuai Sangha (persaudaraan para Bhikku) untuk berdoa bersama hingga malam tiba. Menjelang detik-detik Waisak, waktu dini hari, umat Buddha berkumpul di altar utama Candi Borobudur. Pemukulan beduk atau genta yang dilakukan oleh Biksu menandai telah masuknya detik-detik Waisak, kemudian umat Buddha yang hadir melakukan meditasi dan doa bersama. Ritual selanjutnya disebut Pradaksin, yaitu berjalan mengelilingi candi sebanyak 3 kali yang menjadi simbol hormat dan kepatuhan kepada Sang Buddha dengan melafalkan puji-pujian untuk Sang Buddha.
Pelepasan 1.000 Lampion
Pelepasan lampion saat perayaan Waisak di Candi Borobudur menjadi puncak acara yang sakral dalam rangkaian upacara Tri Suci Waisak yang dilakukan pada pukul 04:00 WIB. Adapun makna dari pelepasan lampion-lampion tersebut ke udara adalah melepaskan segala hal negatif yang ada di relung jiwa umat Buddha, digantikan dengan kesucian untuk selalu berbuat kebaikan. Selain itu, lampion-lampion yang dilepaskan ke udara berisikan doa dan harapan setiap umat Buddha. Umat Buddha berharap, doa yang diharapkan mampu mencapai Nirwana, tempat Sang Buddha tinggal.
Uniknya, ritual pelepasan 1.000 lampion tersebut dapat dijadikan tujuan wisata religius untuk wisatawan dalam dan luar negeri meskipun beragama non-Buddha. Wisatawan juga diperbolehkan menulis harapan dan doa di dalam lampion yang dilepas.
Bagi Anda yang ingin mengikuti acara pelepasan 1.000 lampion saat perayaan Waisak di tanggal hari raya Waisak, kami mengimbau untuk tetap menjaga kekhidmatan suasana ibadah dan tidak mengganggu kekhusukan dengan terlalu banyak mengambil foto saat acara berlangsung.
Sabbe Satta Bhavantu Sukithata. Selamat Hari Raya Waisak 2563 bagi semua teman-teman Buddha yang merayakan.
Sumber:
- https://kumparan.com/dotcom-creative-solutions/makna-dibalik-pelepasan-lampion-pada-perayaan-waisak-di-candi-borobudur
- https://www.jia-xiang.biz/borobudur-pusat-perayaan-waisak-dunia/
(MS)