7 Mitos Procurement yang Tidak Diketahui Banyak Orang

mitos procurement

Procurement atau pengadaan barang dan jasa adalah salah satu fungsi penting dalam organisasi bisnis.

Procurement bertanggung jawab untuk memastikan ketersediaan barang dan jasa yang dibutuhkan oleh organisasi dengan kualitas, harga, dan waktu yang sesuai.

Namun, meskipun procurement memiliki peran strategis dalam mencapai hasil dan daya saing organisasi, masih ada beberapa mitos yang berkembang di sekitar fungsi ini.

Mitos-mitos ini dapat menghambat perkembangan dan inovasi procurement di era digital saat ini.

Mitos Procurement yang Jarang Diketahui

Berikut beberapa mitos procurement yang tidak diketahui banyak orang, apa saja?

1. Tidak perlu mengikuti perkembangan dunia

Mitos procurement yang pertama ialah profesional procurement dan perusahaan tidak perlu mengikuti perkembangan dunia. Padahal, permasalahan global dapat mempengaruhi procurement. Oleh karena itu, penting untuk mengetahui apa yang terjadi di bidang politik, ekonomi, dan bisnis secara umum.

Krisis kesehatan dan pandemi, konflik geopolitik, kelangkaan pasokan produk, dan inflasi, telah mendorong perusahaan untuk meninjau kembali model bisnis mereka.

Baca Juga: Beberapa Fitur eProcurement dalam ProcurA SE

2. Mitos procurement, tidak perlu mendiversifikasi basis pemasok

Freepik.com

Dinamika pasar B2B dan skenario yang tidak pasti mengharuskan procurement untuk terus mencari alternatif pasokan. Memiliki portofolio supplier yang luas dapat mengurangi risiko kekurangan dan meningkatkan peluang untuk menjaga operasi berjalan lancar.

Selain basis yang beragam, menjaga hubungan baik dengan supplier dan mempertimbangkan partisipasi mereka dalam proses yang melampaui procurement dapat berkontribusi untuk memperkuat inovasi dan kinerja organisasi.

3. Tidak perlu mengotomatisasi proses procurement

Untuk bertindak dengan cara yang lebih cerdas dan strategis dalam perusahaan, profesional procurement harus dibebaskan dari aktivitas operasional, yang dapat menghabiskan waktu mereka.

Dengan mengotomatisasi siklus procurement melalui solusi digital, profesional procurement dapat mengalokasikan waktu mereka untuk inovasi.

Selain itu, akses ke data dan informasi yang tersedia dalam alat-alat tersebut membantu membawa wawasan penting untuk perencanaan, analisis, dan penyesuaian strategi procurement.

Baca Juga: 6 Kesalahan yang Sering Terjadi dalam Proses Eprocurement

4. Teknologi procurement akan menggantikan pekerjaan profesional

Pandemi covid-19 telah memberikan kemudahan pada format kerja dan mempercepat proses transformasi digital di bidang procurement.

Tapi, teknologi bukanlah ancaman bagi pekerjaan profesional procurement melainkan teknologi yang berkembang.

Teknologi dapat membantu profesional procurement melakukan tugas-tugas mereka dengan lebih efisien,  efektif,dan transparan serta meningkatkan kolaborasi dengan pihak internal maupun eksternal.

5. Mitos procurement, hanya fokus pada penghematan biaya

Salah satu tujuan utama dari fungsi procurement adalah mencapai penghematan biaya bagi organisasi namun bukan satu-satunya tujuan tersebut.

Tujuannya juga mencakup penciptaan nilai tambah melalui peningkatan kualitas,pelayanan,dan inovasi dari barang atau jasa yang diperoleh.

Procurement juga harus mampu memberikan kontribusi strategis kepada organisasi seperti mitigasi risiko, pengelolaan hubungan pemasok, dan pemenuhan tanggung jawab sosial perusahaan.

6. Mitos Kolaborasi

procurement manager

Banyak mitos mengatakan bahwa procurement hanya bisa berkolaborasi dengan logistik untuk dukungan administrasi. Namun kemudian, tumbuh tanggung jawab untuk memimpin negosiasi dan kolaborasi agar mendapatkan margin terbaik dan penghematan biaya.

Untuk itu, kolaborasinya dibatasi pada manajemen kualitas dan tim teknik. Tapi sekarang, sebagai penggerak strategis, pengadaan memiliki andil dalam pengembangan produk, eksplorasi pasar, penentuan harga, dan lainnya. Oleh karena itu harus diizinkan untuk berkolaborasi dengan semua tim dan departemen.

7. Mitos dalam Mempekerjakan

Mitos menyebut bahwa persyaratan umum untuk lowongan pekerjaan sebagai procurement cukup mengetahui tentang analisis dan memiliki kemampuan negosiasi yang hebat.

Padahal, seorang profesional pengadaan yang ideal juga harus menonjol dan vokal. Mereka harus dapat memilih “harga terbaik” tanpa mengorbankan kualitas. Mereka harus baik dalam komunikasi untuk memelihara hubungan dengan supplier jangka panjang dan ahli teknologi.

Demikianlah beberapa mitos tentang fungsi procurement yang tidak diketahui banyak orang. Menghapus mitos-mitos ini dapat membantu meningkatkan pemahaman tentang peranan penting dari fungsi ini serta mendorong perkembangan dan inovasinya di masa depan.

Referensi: