Ketika berbicara soal cara menjadi pemimpin, banyak orang langsung membayangkan sosok yang karismatik, mampu memberi perintah dengan tegas, dan selalu mendapatkan persetujuan dari timnya.
Namun, ada satu hal penting yang sering dilupakan adalah pemimpin yang hebat bukan yang dikelilingi oleh orang-orang yang selalu setuju.
Pemimpin hebat justru yang mampu menerima dan menghargai pendapat yang berbeda. Termasuk kritik dan penolakan.
Fenomena “Yes Man” atau anggota tim yang selalu mengiyakan semua keputusan atasan sebenarnya adalah ancaman tersembunyi dalam kepemimpinan.
Jika semua orang takut untuk berbeda pendapat, maka pemimpin berisiko kehilangan sudut pandang yang berharga, dan justru membuat keputusan yang salah.
Jadi, cara menjadi pemimpin hebat dimulai dari keberanian untuk dikelilingi orang-orang yang tidak takut berkata “tidak”.
Baca Juga: Cara Menentukan Harga Jual Biar Nggak Rugi Tapi Tetap Laku
1. Pemimpin Hebat Tidak Takut Ditentang
Salah satu kesalahan umum dalam kepemimpinan adalah merasa bahwa ketegasan harus selalu dibarengi dengan dominasi.
Padahal, justru pemimpin yang kuat adalah mereka yang terbuka terhadap kritik dan tantangan.
Mengapa? Karena perspektif yang berbeda bisa menjadi pengingat, penyeimbang, bahkan penyelamat.
Anggota tim yang berani menyuarakan ketidaksepakatannya bisa menghindarkan tim dari potensi kegagalan yang tidak disadari.
Cara menjadi pemimpin sejati bukan dengan membungkam suara lain, tapi dengan menjadikan perbedaan sebagai bahan refleksi.
2. Dampak Buruk dari Tim “Yes Man”

Memiliki tim yang selalu setuju bisa membuat pemimpin terjebak dalam zona nyaman palsu.
Beberapa dampak negatif yang bisa terjadi antara lain:
-
Kurangnya inovasi karena semua ide berasal dari satu arah.
-
Blind spot decision-making, di mana keputusan diambil tanpa pertimbangan kritis.
-
Kepuasan semu, karena pemimpin merasa selalu benar.
-
Resiko reputasi, karena kesalahan yang seharusnya bisa dicegah menjadi kenyataan.
Ini sebabnya, jika kamu ingin tahu cara menjadi pemimpin yang benar, maka belajarlah untuk menciptakan ruang aman bagi ketidaksetujuan.
3. Cara Menjadi Pemimpin yang Menghargai Kritik
Kritik tidak selalu menyakitkan.
Dalam konteks yang sehat, kritik justru menjadi jalan menuju pertumbuhan.
Berikut beberapa tips cara menjadi pemimpin yang tidak anti-kritik:
-
Jangan reaktif, dengarkan dulu. Respon pertama terhadap kritik adalah mendengarkan, bukan membela diri.
-
Tunjukkan bahwa kamu menghargai keberanian mereka untuk bicara.
-
Tindak lanjuti masukan yang membangun, agar tim merasa pendapatnya berharga.
-
Buat forum khusus untuk menyampaikan opini, misalnya melalui one-on-one meeting atau sesi review rutin.
Pemimpin hebat tidak hanya mendengar, tapi juga menunjukkan bahwa ia benar-benar peduli.
Baca Juga: 10 Tips Workation Agar Tetap Produktif
4. Rekrut Orang yang Tidak Takut Berbeda Pendapat
Dalam proses perekrutan, banyak pemimpin tanpa sadar memilih orang yang mirip dengan dirinya baik dari cara pikir, gaya kerja, maupun visi.
Padahal, keragaman sudut pandang adalah aset besar dalam sebuah tim.
Cara menjadi pemimpin sukses adalah dengan membangun tim yang tidak selalu satu suara.
Orang yang bisa mengajukan pertanyaan kritis, memberi ide segar, dan menantang status quo adalah aset berharga yang sering diabaikan.
5. Budaya Kritik Sehat Adalah Investasi Jangka Panjang

Menciptakan lingkungan di mana anggota tim bebas berpendapat bukanlah hal instan.
Tapi jika kamu serius ingin tahu cara menjadi pemimpin yang dihormati, ini adalah fondasi penting yang perlu dibangun.
Mulailah dari hal-hal kecil:
-
Tunjukkan bahwa kamu menghargai keberanian untuk berbeda pendapat.
-
Jangan pernah mempermalukan orang di depan umum hanya karena mereka tidak setuju.
-
Rayakan keputusan yang lahir dari diskusi terbuka, bukan dari satu suara mutlak.
Semakin sehat budaya kritik dalam timmu, semakin tangguh organisasi yang kamu pimpin.
6. Pemimpin yang Terlalu Dominan = Ancaman Bagi Tim
Terlalu banyak kasus kegagalan bisnis atau konflik organisasi yang diawali oleh kepemimpinan yang tidak terbuka.
Bahkan di perusahaan besar, pemimpin yang dikelilingi oleh “Yes Man” berkontribusi pada runtuhnya strategi yang seharusnya bisa dihindari jika ada kritik internal yang jujur.
Cara menjadi pemimpin bukan dengan menjadi sosok yang tak terbantahkan, tapi dengan menjadi fasilitator pertumbuhan tim secara kolektif.
Baca Juga: 6 Tips Mengelola Keuangan Usaha Kecil
7. Evaluasi Diri: Apakah Kamu Sudah Siap Mendengar “Tidak”?

Untuk menutup artikel ini, coba tanyakan pada dirimu sendiri:
-
Apakah anggota timmu merasa aman untuk berpendapat?
-
Kapan terakhir kali kamu mendengar seseorang tidak setuju dengan keputusanmu?
-
Apakah kamu pernah berubah pikiran karena masukan dari tim?
Jika jawabannya “jarang” atau “tidak pernah”, maka ini saatnya mengubah pendekatanmu.
Karena sejatinya, cara menjadi pemimpin yang hebat adalah menjadi pemimpin yang terbuka untuk dibantah, demi keputusan yang lebih bijak.
Menjadi pemimpin bukan berarti menjadi sosok yang selalu benar dan selalu didengar.
Justru sebaliknya, pemimpin sejati adalah mereka yang berani dikelilingi oleh orang-orang kritis, yang tidak segan berkata “tidak” jika merasa ada keputusan yang keliru.
Dengan membangun budaya keterbukaan, menghargai kritik, dan membina komunikasi dua arah yang sehat, kamu tidak hanya membentuk tim yang kuat, tapi juga menempuh jalan terbaik menuju cara menjadi pemimpin yang hebat dan tahan uji.
Referensi:
- https://medium.com/@aliciadrinkwater/why-leaders-need-to-say-no-c4ca99215bfa
- https://www.thehrdirector.com/features/employee-engagement/dissent-can-good-tghing/
- https://leadership.lifeway.com/2016/11/10/4-reasons-why-leaders-need-to-avoid-yes-men/
