Punya gaji atau uang saku hanya Rp2 juta per bulan? Tenang, kamu bukan sendirian. Banyak orang di Indonesia yang sedang mencari cara mengatur uang 2 juta dalam sebulan agar tetap bisa memenuhi kebutuhan hidup.
Mulai dari mahasiswa, pekerja lepas pemula, hingga karyawan entry level, semuanya bisa hidup layak dan teratur jika punya strategi keuangan yang tepat.
Dalam dunia pengadaan barang dan jasa, dikenal peran procurement planner yakni orang yang merencanakan pembelian dengan sistematis, hemat, dan sesuai kebutuhan.
Nah, prinsip ini ternyata bisa kita tiru dalam kehidupan pribadi.
Artikel ini akan membahas cara mengatur uang 2 juta dalam sebulan dengan pendekatan ala procurement planner.
Bukan gaya impulsif yang asal beli karena diskon, tapi strategi cerdas yang bikin kamu tetap bisa hidup nyaman tanpa harus ngutang di akhir bulan.
Baca Juga: 5 Cara Hidup Hemat ala Orang Procurement: Bikin Dompet Aman, Hidup Nyaman
Kenapa Harus Punya Rencana Belanja?
Salah satu kesalahan klasik orang dengan penghasilan terbatas adalah tidak membuat rencana pengeluaran.
Akhirnya, uang cepat habis di minggu pertama untuk belanja yang tidak prioritas dari kopi kekinian, camilan online, sampai promo e-commerce yang bikin kalap.
Procurement planner tidak bekerja seperti itu. Mereka selalu memulai dengan:
- Identifikasi kebutuhan
- Riset harga dan vendor
- Prioritaskan pengeluaran berdasarkan urgensi
- Evaluasi pengeluaran secara berkala
Jika prinsip ini kamu terapkan untuk mengelola uang 2 juta, kamu akan lebih terkontrol, tidak mudah tergoda, dan bisa memenuhi semua kebutuhan dasar.
1. Buat Anggaran Tetap: 50–30–20 Versi Hemat

Metode 50-30-20 adalah teknik populer dalam mengatur keuangan. Tapi karena kamu hanya punya Rp2 juta, kita akan sesuaikan:
-
60% untuk kebutuhan pokok (Rp1.200.000): Makan, transportasi, pulsa/internet, dan kebutuhan pribadi.
-
25% untuk kewajiban & tabungan (Rp500.000): Bayar cicilan (jika ada), nabung darurat, atau top up e-wallet untuk keperluan mendadak.
-
15% untuk hiburan & sosial (Rp300.000): Nongkrong, traktir teman, beli kopi, atau belanja kecil-kecilan.
Dengan membuat batasan ini, kamu bisa mengendalikan pengeluaran dan menghindari “asal gesek” yang sering terjadi saat melihat flash sale.
2. Riset Harga Sebelum Belanja
Dalam pengadaan barang dan jasa, riset vendor dan harga itu wajib. Hal ini bisa kamu tiru saat akan belanja bulanan atau membeli barang pribadi.
Misalnya kamu butuh sabun mandi, pasta gigi, atau deterjen. Jangan langsung beli di toko terdekat.
Bandingkan harga di minimarket, warung, dan e-commerce. Manfaatkan fitur promo tapi jangan sampai jadi alasan buat beli barang lain yang tidak dibutuhkan.
Kamu bisa cek katalog mingguan dari Indomaret, Alfamart, dan aplikasi belanja online lokal. Tulis kebutuhan, lalu belanja sesuai daftar.
Baca Juga: Pakai Sistem Pengadaan Buat Belanja Bulanan Rumah Tangga, Bisa Gak Ya?
3. Terapkan Sistem PO: Plan & Order
Procurement planner biasanya membuat Purchase Order (PO) sebelum transaksi. Dalam kehidupan pribadi, kamu bisa membuat daftar belanja bulanan dan mingguan.
Contoh:
-
Minggu 1: Beli beras, telur, sabun, dan pulsa.
-
Minggu 2: Sayur mingguan, air galon, top up e-wallet.
-
Minggu 3: Keperluan rumah tangga lain (sapu, deterjen, dll).
-
Minggu 4: Tabungan dan hiburan (makan di luar, beli boba).
Dengan sistem ini, kamu tidak hanya mengontrol belanja, tapi juga menyebar pengeluaran agar tidak langsung habis di awal bulan.
4. Hindari Impulsif Belanja dengan Sistem Evaluasi

Salah satu prinsip procurement adalah melakukan evaluasi vendor dan pengeluaran secara berkala. Kamu bisa menerapkannya juga. Di akhir minggu, cek:
-
Apakah pengeluaran sesuai rencana?
-
Barang mana yang ternyata tidak terlalu dibutuhkan?
-
Ada tidak pengeluaran mendadak yang bisa diantisipasi minggu depan?
Dari situ, kamu bisa menyesuaikan strategi untuk bulan berikutnya agar uang Rp2 juta terasa cukup bahkan bisa disisihkan.
5. Belanja Berdasarkan Kebutuhan, Bukan Promo
Banyak orang tergoda diskon besar, tapi procurement planner selalu bertanya dulu: “Apakah ini sesuai kebutuhan?” Kalau tidak, diskon itu tidak berguna.
Saat melihat promo, tanyakan ke diri sendiri:
-
Apakah barang ini masuk daftar prioritas?
-
Apakah aku akan tetap beli ini jika tidak sedang diskon?
-
Apakah uangnya sudah dialokasikan di anggaran?
Jika jawabannya tidak, berarti kamu hanya akan jadi impulsif shopper dan itu berbahaya untuk dompet.
Baca Juga: Pentingnya Dana Darurat untuk Bisnis, Simak di Sini!
6. Gunakan Alat Bantu: Excel atau Aplikasi Budgeting

Banyak procurement planner menggunakan sistem e-procurement dan spreadsheet untuk mencatat pengeluaran. Kamu juga bisa mulai dari yang sederhana, seperti aplikasi Google Sheets. Bikin kolom untuk:
-
Tanggal
-
Jenis pengeluaran
-
Nominal
-
Kategori (makanan, transport, hiburan, dll)
Dari catatan ini, kamu bisa tahu ke mana saja uang 2 juta itu mengalir dan bagaimana mengaturnya lebih baik.
Cara mengatur uang 2 juta dalam sebulan sebenarnya tidak sulit jika kamu menerapkan prinsip-prinsip procurement planner: mulai dari perencanaan matang, riset harga, belanja berdasarkan kebutuhan, hingga evaluasi rutin.
Alih-alih jadi impulsif shopper yang belanja karena emosi dan diskon, kamu bisa jadi pribadi yang lebih hemat, teratur, dan tetap bisa menikmati hidup meski dengan anggaran terbatas.
Karena pada akhirnya, bukan seberapa besar uangmu, tapi seberapa cerdas kamu mengaturnya.
Referensi:
- https://www.order.co/blog/purchasing-process/purchase-budgeting-improvement/
- https://www.spendedge.com/blogs/procurement-can-help-build-better-budget/
- https://procurementtactics.com/procurement-budget/
