Untuk memperingati Hari Pahlawan yang jatuh setiap tanggal 10 November, kali ini ProcurA Blog mau membahas tentang nama-nama pahlawan yang jarang didengar namanya, nih.
‘Bangsa yang besar adalah bangsa yang menghormati jasa pahlawannya’ adalah sebuah ungkapan yang sering kita dengar. Kemerdekaan Indonesia merupakan hasil dari perjuangan para pahlawan bangsa mengusir penjajah dan upaya mempertahankan kemerdekaan.
Untuk mengenang jasa pahlawan yang rela mengorbankan jiwa dan raganya dalam merebut dan mempertahankan kemerdekaan Indonesia, kita memperingati Hari Pahlawan yang dirayakan setiap tahun di tanggal 10 November.
Tokoh-tokoh pahlawan banyak kita temukan di buku pelajaran sekolah, akan tetapi ada beberapa pahlawan yang namanya sangat jarang atau bahkan belum pernah kamu dengar. Kelima pahlawan ini juga memiliki jasa tidak kalah besar dengan para pahlawan yang namanya sering kita dengar. Siapa saja mereka? Simak di bawah ini, ya!
1. Maria Josephine Catherine Maramis

Sumber: wikipedia.org
Lahir di Kema, Minahasa Utara, Sulawesi Utara tanggal 1 Desember 1872, wanita yang akrab dipanggil Maria Walanda Maramis ini dianggap sebagai sosok pejuang kemajuan emansipasi perempuan di dunia politik dan pendidikan.
Meninggal di usia 51 tahun, gelar pahlawan nasional diperolehnya karena usahanya untuk menyetarakan derajat wanita di Indonesia pada permulaan abad ke-20. Namun tak banyak memang orang yang mengetahui jasanya bagi bangsa ini.
Maka dari itu, untuk mengenang jasanya, sebuah patung Maria Walanda Maramis yakni patung ibu dan anak dibangun di yang terletak di Kelurahan Komo Luar, Kecamatan Wenang, Manado. Setiap tanggal 1 Desember, masyarakat Minahasa umumnya memperingati hari Ibu Maria Walanda Maramis yang telah ditahbiskan sebagai salah satu perempuan teladan Minahasa.
Baca Juga: Peringati Hari Pahlawan 10 November, Inilah Sejarah dan Maknanya!
2. Dr. Johannes Leimena

Sumber: wikipedia.org
Putera asli Ambon yang meninggal pada tahun 1977 di usia 72 tahun di Jakarta, Dr. Johannes Leimena, pernah menjabat sebagai Menteri kesehatan dalam berbagai kabinet pemerintahan Indonesia dan diangkat sebagai pahlawan nasional karena jasa-jasanya dalam bidang kesehatan.
Pada tahun 1951, ia memulai proyek percontohan yang disebut dengan ‘Bandung Plan’ sebagai usaha meningkatkan kesehatan rakyat dengan cara menggerakkan masyarakat untuk memelihara kebersihan dan membangun balai pengobatan atau rumah sakit pembantu di setiap kabupaten yang sekarang berkembang menjadi Pusat Kesehatan Masyarakat atau Puskesmas.
Pembangunan Puskesmas ini mendapat penghargaan dari World Health Organization (WHO) dan menjadi contoh bagi negara lain.
3. Laksamana Muda TNI (Purn.) John Lie Tjeng Tjoan

Sumber: wikipedia.org
Berasal dari Manado, Sulawesi Utara, lahir pada 9 Maret 1911, pria bernama John Lie atau yang lebih dikenal dengan Jahja Daniel Dharma adalah putra etnis tionghoa yang berhasil menjabat sebagai perwira tinggi di TNI Angkatan laut.
Dirinya sempat dijuluki sebagai hantu selat Malaka karena keahliannya melakukan penyelundupan senjata untuk mempertahankan kemerdekaan Indonesia dengan menembus blokade Belanda hingga akhir tahun 1949.
Meninggal di usia 77 tahun, penyelundup senjata yang dalam sejarahnya pernah membantu aksi Kemerdekaan Indonesia ini, dianugerahi gelar pahlawan nasional pada 9 November 2009 oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono.
Baca Juga: 5 Fakta Hari Sumpah Pemuda yang Jarang Diketahui
4. Opu Daeng Risadju

Sumber: http://sejarah.dapobud.kemdikbud.go.id/
Lahir di Palopo pada tahun 1880, wanita yang memiliki nama kecil Famajjah ini berasal dari keluarga bangsawan dari Kerajaan Luwu.
Meninggal di usia 84 tahun, wanita ini memiliki peranan besar dalam perjuangan melawan NICA dan keberanian melawan kolonialisme meski usianya sudah renta.
Ia sempat menjadi sasaran tangkap NICA, disiksa sampai tuli di Penjara Bajo pada tahun 1945 – 1949. Karena jasanya ini, Famajjah dianugerahi gelar pahlawan nasional pada 3 November 2006.
5. Prof. dr. Wilhelmus Zakaria Johannes

Sumber: https://kebudayaan.kemdikbud.go.id/
Putera asli Pulau Rote ini lahir pada 16 Juli 1895 dan merupakan orang pertama yang mempelajari ilmu radiologi di Belanda dan menjadi ahli rontgen pertama di Indonesia. Kariernya sebagai dokter dimulai sejak menjadi dokter di sebuah rumah sakit di Palembang.
Pada tahun 1936, ia dipindahkan ke Jakarta sebagai dokter di bagian radiologi dengan jabatan Centrale Burrgelijke Ziekenhuis Batavia dan dikenal sebagai ahli radiologi Indonesia. Wilhelmus sendiri diberi gelar pahlawan nasional karena jasanya dalam bidang pengembangan ilmu kedokteran Indonesia.
Meninggal di Den Haag, Belanda, Wilhelmus terkena serangan jantung saat masa tugas belajarnya masih berjalan 5 bulan. Namanya pun diabadikan sebagai nama kapal milik TNI Angkatan Laut dan Rumah Sakit Umum di Kupang.
Baca Juga: Yuk, Ajak Keluarga Anda Mengunjungi Tempat Wisata Edukasi Ini!
Nah, itu dia 5 nama-nama pahlawan yang mungkin sangat asing di telinga Anda. Jasa mereka bagi Indonesia di bidangnya masing-masing. Sebagai generasi muda, kita memiliki tanggung jawab untuk berjuang lebih keras lagi untuk mengharumkan nama Indonesia secara global. Kita memiliki kewajiban untuk menjaga spirit yang ada dalam diri pahlawan kita tersebut dalam kehidupan sehari-hari kita dalam konteks berbangsa dan bernegara.
Selamat Hari Pahlawan, Sobat ProcurA!
Tentang ProcurA:
ProcurA adalah perusahaan penyedia software eprocurement profesional di Indonesia yang siap memberikan pelayanan sesuai kebutuhan perusahaan Anda. Apabila saat ini Anda masih menggunakan procurement konvensional, sudah saatnya mencoba untuk pindah ke eprocurement. Tertarik mencoba? Kunjungi situs web kami di sini.
Sumber:
- https://tirto.id/opu-daeng-risadju-menentang-kolonialisme-di-usia-senja-cH4P
- https://pahlawancenter.com/dr-johannes-leimena/
- https://tirto.id/sejarah-hidup-john-lie-penyelundup-sekaligus-penyelamat-republik-cyGQ
- https://www.makintau.com/2018/09/5-pahlawan-wanita-indonesia-yang-jarang-dikenal.html
- https://id.wikipedia.org/wiki/Maria_Walanda_Maramis
- https://kebudayaan.kemdikbud.go.id/mkn/wilhelmus-zakaria-johannes-ahli-radiologi-pertama-di-indonesia-lulusan-stovia/
(RTS)