Home » Masa Depan Procurement Indonesia: Dari E-Catalog ke AI Procurement

Masa Depan Procurement Indonesia: Dari E-Catalog ke AI Procurement

Masa Depan Procurement Indonesia_ Dari E-Catalog ke AI Procurement

Dalam beberapa tahun terakhir, procurement Indonesia telah mengalami transformasi signifikan.

Dari sistem manual yang memakan waktu, kini beralih ke digitalisasi melalui platform seperti E-Catalog.

Namun, perkembangan teknologi tidak berhenti di situ.

Kini, kecerdasan buatan (AI) mulai memainkan peran penting dalam mengoptimalkan proses pengadaan barang dan jasa di Indonesia.

Baca Juga: Manfaat Procurement untuk Bisnis, Investasi Atau Beban?

Evolusi Procurement di Indonesia

Evolusi Procurement di Indonesia

Pemerintah Indonesia telah mengambil langkah besar dalam memodernisasi sistem pengadaan.

Melalui Peraturan Presiden No. 16 Tahun 2018 dan perubahannya,

E-Catalog diperkenalkan sebagai platform digital untuk memfasilitasi proses pengadaan secara transparan dan efisien.

Platform ini memungkinkan instansi pemerintah untuk memilih produk dan jasa dari daftar yang telah diverifikasi, mengurangi potensi korupsi dan meningkatkan efisiensi.

Namun, meskipun E-Catalog membawa banyak manfaat, tantangan tetap ada.

Beberapa di antaranya termasuk keterbatasan dalam menyesuaikan kebutuhan spesifik, kurangnya integrasi dengan sistem lain, dan keterbatasan dalam analisis data untuk pengambilan keputusan strategis.

Baca Juga: 8 Checklist Wajib Sebelum Memilih Software e-Procurement

Peran AI dalam Procurement Indonesia

Kecerdasan buatan menawarkan solusi untuk mengatasi tantangan yang dihadapi dalam sistem pengadaan saat ini.

Dengan kemampuan untuk menganalisis data dalam jumlah besar dan mengenali pola,

AI dapat membantu dalam berbagai aspek procurement, seperti:

  • Analisis Pengeluaran: AI dapat mengidentifikasi area di mana pengeluaran dapat dikurangi tanpa mengorbankan kualitas.

  • Prediksi Permintaan: Dengan menganalisis tren sebelumnya, AI dapat membantu memprediksi kebutuhan masa depan, memungkinkan perencanaan yang lebih baik.

  • Pemilihan Vendor: AI dapat mengevaluasi kinerja vendor berdasarkan data historis, membantu dalam memilih mitra terbaik.

  • Deteksi Kecurangan: Dengan mengenali pola yang tidak biasa, AI dapat membantu mendeteksi potensi kecurangan dalam proses pengadaan.

Menurut laporan dari Boston Consulting Group, implementasi AI dalam procurement dapat menghasilkan penghematan hingga 15% dalam biaya operasional dan meningkatkan efisiensi proses secara keseluruhan.

Tantangan Implementasi AI dalam Procurement

Tantangan Implementasi AI dalam Procurement

Meskipun potensi kecerdasan buatan dalam procurement sangat menjanjikan, penerapannya tidak semudah membalikkan telapak tangan.

Sejumlah tantangan struktural, teknis, dan budaya organisasi perlu dihadapi untuk mewujudkan transformasi yang benar-benar berdampak.

1. Ketersediaan dan Kualitas Data

AI sangat bergantung pada data historis yang kaya, bersih, dan terstruktur. Sayangnya, banyak organisasi di Indonesia masih menyimpan data pengadaan secara tersebar, manual, atau bahkan tidak terdokumentasi dengan baik.

Tanpa fondasi data yang solid, algoritma AI tidak dapat menjalankan analisis yang akurat maupun memberikan rekomendasi strategis yang kredibel.

Mulai dari audit data procurement secara menyeluruh dan konsisten melakukan digitalisasi proses serta pembaruan data master vendor dan transaksi.

2. Infrastruktur Teknologi yang Belum Siap

Banyak perusahaan, terutama di sektor publik dan UMKM, masih menggunakan sistem TI yang terpisah-pisah atau belum terintegrasi.

AI memerlukan ekosistem digital yang mumpuni—mulai dari sistem cloud, perangkat lunak ERP, hingga kemampuan komputasi yang tinggi.

Investasi bertahap pada sistem cloud-based dan integrasi platform procurement yang mampu menjadi fondasi interoperabilitas antar sistem.

3. Kesenjangan Keterampilan SDM

Penerapan AI tidak hanya soal perangkat lunak, tetapi juga kesiapan manusia.

Kurangnya pemahaman mengenai cara kerja AI, serta ketidakmampuan membaca output analitik atau mengelola model machine learning, sering kali menjadi hambatan utama adopsi.

Susun roadmap pelatihan internal, mendatangkan mitra teknologi, dan menciptakan tim lintas fungsi antara pengadaan, TI, dan data science.

4. Tantangan Regulasi dan Etika

Isu privasi data, transparansi algoritma, dan potensi bias dalam keputusan otomatis menjadi perhatian serius, terutama di sektor yang melibatkan dana publik atau vendor strategis.

Di Indonesia, regulasi yang mengatur AI dalam pengadaan masih berkembang, sehingga perlu pendekatan hati-hati dan etis.

Terapkan prinsip responsible AI sejak awal dengan melibatkan pihak legal, kepatuhan, serta mengadopsi standar keamanan data seperti ISO/IEC 27001.

Baca Juga: Bagaimana Menangani Hubungan dengan Supplier yang Tidak Konsisten

Langkah Menuju Masa Depan Procurement Indonesia

Langkah Menuju Masa Depan Procurement Indonesia

Untuk memanfaatkan potensi AI dalam procurement, langkah-langkah berikut dapat dipertimbangkan:

  1. Investasi dalam Infrastruktur Teknologi: Meningkatkan kapasitas teknologi untuk mendukung implementasi AI.

  2. Pelatihan dan Pengembangan SDM: Memberikan pelatihan kepada karyawan tentang penggunaan AI dalam procurement.

  3. Kolaborasi dengan Pihak Ketiga: Bekerja sama dengan penyedia teknologi dan konsultan untuk memastikan implementasi yang efektif.

  4. Pengembangan Regulasi yang Mendukung: Membuat kebijakan yang mendukung penggunaan AI dengan tetap menjaga aspek etika dan privasi.

Transformasi digital dalam procurement Indonesia telah membawa banyak manfaat, dan dengan adopsi AI, potensi untuk meningkatkan efisiensi dan transparansi semakin besar.

Meskipun tantangan ada, dengan pendekatan yang tepat, Indonesia dapat memimpin dalam inovasi procurement di kawasan Asia Tenggara.

Referensi:

  • https://nexocode.com/blog/posts/ai-procurement-challenges-tips-to-overcome/
  • https://www.oxfordcollegeofprocurementandsupply.com/the-benefits-of-ai-in-procurement/
  • https://www.ariellemitra.com/post/embracing-the-future-ai-s-transformative-role-in-indonesia-s-supply-chain