Pernahkah kamu berpikir mengapa pengadaan bahan baku di pabrik berbeda dengan pembelian produk untuk toko retail? Keduanya memang sama-sama bagian dari procurement, tetapi terdapat perbedaan pengadaan manufaktur dan retail dalam pendekatan, strategi, dan tantangan yang dihadapi. Artikel ini akan membahas perbedaan utama antara procurement di industri manufaktur dan retail.
1. Fokus Pengadaan
Industri Manufaktur
Dalam sektor manufaktur, fokus utama pengadaan adalah memperoleh bahan baku dan komponen yang diperlukan untuk proses produksi. Kualitas dan spesifikasi teknis dari bahan ini sangat penting, karena akan mempengaruhi kualitas produk akhir. Oleh karena itu, tim procurement di manufaktur sering bekerja sama erat dengan departemen teknik dan produksi untuk memastikan kesesuaian bahan yang dibeli.
Industri Retail
Sebaliknya, di industri retail, fokus pengadaan lebih pada produk jadi yang siap dijual kepada konsumen akhir. Variasi produk, tren pasar, dan preferensi konsumen menjadi pertimbangan utama. Tim procurement di retail harus peka terhadap perubahan tren dan memastikan ketersediaan produk yang diminati oleh pelanggan.
Baca Juga: 7 KPI Procurement yang Wajib Anda Perhatikan!
2. Volume dan Frekuensi Pengadaan

Industri Manufaktur
Pengadaan di sektor manufaktur biasanya dilakukan dalam volume besar namun dengan frekuensi yang lebih terjadwal. Hal ini karena kebutuhan bahan baku didasarkan pada jadwal produksi yang telah direncanakan sebelumnya. Pembelian dalam jumlah besar juga memungkinkan negosiasi harga yang lebih kompetitif.
Industri Retail
Di sisi lain, industri retail sering melakukan pengadaan dengan volume yang bervariasi dan frekuensi yang lebih tinggi. Hal ini dipengaruhi oleh permintaan konsumen yang fluktuatif, musim, dan tren pasar. Retailer harus mampu menyesuaikan pengadaan mereka dengan cepat untuk memenuhi permintaan yang berubah-ubah.
3. Hubungan dengan Pemasok
Industri Manufaktur
Manufaktur cenderung membangun hubungan jangka panjang dengan pemasok bahan baku. Kemitraan yang kuat ini penting untuk memastikan konsistensi kualitas, keandalan pasokan, dan pengembangan bersama. Dalam beberapa kasus, produsen bahkan bekerja sama dengan pemasok untuk mengembangkan bahan atau komponen baru yang spesifik.
Industri Retail
Sementara itu, retailer mungkin memiliki hubungan yang lebih dinamis dengan pemasok, terutama karena kebutuhan untuk terus memperbarui penawaran produk sesuai dengan tren dan permintaan konsumen. Meskipun demikian, membangun hubungan baik dengan pemasok tetap penting untuk memastikan ketersediaan produk dan mendapatkan penawaran terbaik.
Baca Juga: 5 Strategi Anti Gagal Kelola Risiko Procurement!
4. Teknologi dalam Pengadaan

Industri Manufaktur
Teknologi seperti Artificial Intelligence (AI) dan Big Data Analytics semakin banyak diadopsi dalam pengadaan manufaktur. Menurut sebuah studi, 73% sistem ERP procurement perusahaan telah mengintegrasikan AI untuk meningkatkan efisiensi dan pengambilan keputusan. AI membantu dalam menganalisis data besar untuk memprediksi kebutuhan bahan baku, mengoptimalkan rantai pasok, dan mengidentifikasi potensi risiko.
Industri Retail
Di sektor retail, teknologi juga memainkan peran penting, terutama dalam memahami perilaku konsumen dan mengelola inventaris. Penggunaan analitik data memungkinkan retailer untuk memprediksi tren pembelian, mengoptimalkan stok, dan menyesuaikan strategi pengadaan dengan cepat. Selain itu, platform e-procurement membantu retailer dalam mengotomatisasi proses pengadaan dan berinteraksi lebih efisien dengan pemasok.
5. Tantangan yang Dihadapi
Industri Manufaktur
Salah satu tantangan utama dalam pengadaan manufaktur adalah memastikan kontinuitas pasokan bahan baku berkualitas tinggi. Gangguan dalam rantai pasok, seperti kelangkaan bahan atau keterlambatan pengiriman, dapat berdampak langsung pada produksi. Selain itu, fluktuasi harga bahan baku juga menjadi perhatian, mengingat dampaknya terhadap biaya produksi.
Industri Retail
Untuk retailer, tantangan utama terletak pada manajemen inventaris dan respons terhadap perubahan permintaan konsumen. Kelebihan stok dapat menyebabkan kerugian finansial, sementara kekurangan stok dapat mengecewakan pelanggan dan mengurangi loyalitas. Oleh karena itu, retailer harus memiliki sistem pengadaan yang fleksibel dan responsif.
Baca Juga: 3 Jenis Kontrak Procurement, Wajib Anda Tahu!
6. Pendekatan Keberlanjutan

Industri Manufaktur
Ada kecenderungan yang meningkat dalam industri manufaktur untuk mengadopsi praktik pengadaan berkelanjutan. Ini mencakup pemilihan pemasok yang mematuhi standar lingkungan dan sosial tertentu, serta penggunaan bahan baku yang ramah lingkungan. Praktik ini tidak hanya membantu dalam memenuhi regulasi, tetapi juga meningkatkan citra perusahaan di mata konsumen yang semakin peduli terhadap isu keberlanjutan.
Industri Retail
Di sektor retail, keberlanjutan juga menjadi fokus, terutama karena tekanan dari konsumen yang lebih sadar lingkungan. Retailer mulai mengutamakan produk-produk yang diproduksi secara etis dan ramah lingkungan, serta bekerja sama dengan pemasok yang memiliki komitmen serupa terhadap keberlanjutan.
Meskipun baik industri manufaktur maupun retail mengandalkan proses procurement untuk operasional mereka, perbedaan pengadaan manufaktur dan retail dalam fokus, volume, hubungan dengan pemasok, penggunaan teknologi, tantangan, dan pendekatan terhadap keberlanjutan mencerminkan kebutuhan dan dinamika unik dari masing-masing sektor. Memahami perbedaan ini penting bagi profesional pengadaan untuk mengembangkan strategi yang tepat sesuai dengan konteks industrinya.
Referensi:
- https://www.shipbob.com/blog/retail-procurement/
- https://datawiz.io/en/blog/procurement-in-retail
- https://accelerateprocurement.com/the-role-of-procurement-and-supply-chain-in-manufacturing-companies/
