Pentingnya Risiko Manajemen dalam Proses Procurement

Risiko Manajemen dalam Proses Procurement

Risiko manajemen adalah salah satu aspek penting dalam proses procurement. Ini merupakan proses identifikasi, analisis, penilaian, pengendalian, dan mitigasi risiko yang dapat mempengaruhi proses procurement. Berikut ini penjelasan lengkap tentang pentingnya risiko manajemen dalam proses procurement.

Ketahui Risiko Manajemen dalam Proses Procurement

Risiko Manajemen dalam Proses Procurement

Risiko adalah kemungkinan terjadinya suatu peristiwa yang dapat menyebabkan kerugian atau dampak negatif bagi organisasi. 

Risiko dapat bersifat internal atau eksternal. Risiko internal adalah risiko yang berasal dari dalam organisasi, seperti kesalahan manusia, kegagalan teknis, atau fraud. Risiko eksternal adalah risiko yang berasal dari luar organisasi, seperti perubahan pasar, persaingan, regulasi, atau bencana alam.

Risiko manajemen saat proses procurement bertujuan untuk mengurangi atau menghindari risiko yang dapat mengganggu kelancaran dan efektivitas procurement.Hal ini juga bertujuan untuk meningkatkan kualitas dan nilai dari barang dan jasa yang diperoleh. Risiko manajemen dapat memberikan manfaat bagi organisasi, seperti:

  • Meningkatkan kepuasan pelanggan dengan menyediakan barang dan jasa yang sesuai dengan kebutuhan dan harapan mereka.
  • Meningkatkan efisiensi dan efektivitas dengan mengoptimalkan alokasi sumber daya dan mengurangi biaya operasional.
  • Meningkatkan kinerja dan reputasi dengan memenuhi standar kualitas dan etika yang ditetapkan.
  • Meningkatkan inovasi dan kompetitivitas dengan mendorong kerjasama dan kreativitas antara pihak-pihak yang terlibat dalam procurement.

Baca Juga: Ini Jobdesk Purchasing dan Procurement, Jangan Tertukar!

Langkah-langkah Menerapkan Risiko Manajemen pada Proses Procurement

Untuk menerapkan risiko manajemen saat proses procurement, organisasi perlu melakukan langkah-langkah berikut:

  • Menetapkan tujuan dan strategi procurement yang sesuai dengan visi dan misi organisasi.
  • Mengidentifikasi dan menganalisis risiko yang dapat mempengaruhi proses procurement dengan menggunakan metode seperti SWOT analysis, PEST analysis, atau FMEA.
  • Menilai risiko berdasarkan tingkat kemungkinan dan dampaknya terhadap tujuan procurement dengan menggunakan skala seperti 1-5 atau 1-10.
  • Mengendalikan risiko dengan menentukan tindakan pencegahan atau mitigasi yang sesuai dengan tingkat risikonya dengan menggunakan teknik seperti avoid, reduce, transfer, atau accept.
  • Memantau dan mengevaluasi risiko dengan melakukan pengukuran dan pelaporan secara berkala dengan menggunakan alat seperti risk register, risk dashboard, atau risk report.

Baca Juga: 3 Cara Meyakinkan Atasan Anda untuk Beralih ke eProcurement

Contoh Risiko Manajemen di Kehidupan Sehari-hari

Risiko Manajemen dalam Proses Procurement

Untuk memberikan gambaran lebih jelas tentang penerapan risiko manajemen saat proses procurement, berikut ini adalah beberapa contoh nyata dari berbagai sektor:

1. Sektor Kesehatan

Ketersediaan obat-obatan yang berkualitas dan aman bagi pasien adalah hal penting dan tentunya berisiko tinggi dalam manajemen kesehatan. Oleh sebab itu, organisasi perlu melakukan seleksi penyedia obat-obatan yang memiliki sertifikat halal, izin edar, dan standar mutu yang terjamin. Organisasi juga perlu melakukan pengawasan terhadap penyimpanan, distribusi, dan penggunaan obat-obatan yang sesuai dengan protokol kesehatan.

2. Sektor Pendidikan

Pada sektor pendidikan, risiko manajemen dapat berupa kualitas dan relevansi kurikulum yang disampaikan kepada siswa. Untuk mengendalikan hal ini, organisasi perlu melakukan analisis kebutuhan pasar kerja dan kompetensi yang dibutuhkan oleh lulusan. Organisasi juga perlu melakukan evaluasi dan revisi kurikulum secara berkala dengan melibatkan stakeholder seperti guru, siswa, orang tua, dan industri.

3. Sektor Pertanian

Fluktuasi harga dan permintaan komoditas pertanian jadi salah satu risiko yang kerap dihadapi organisasi dalam sektor pertanian. Untuk mengendalikan risiko ini, organisasi perlu melakukan diversifikasi produk dan pasar yang dituju. Organisasi juga perlu melakukan kerjasama dengan pihak-pihak seperti petani, pemasok, distributor, dan konsumen untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas produk pertanian.

Dari contoh-contoh di atas, dapat dilihat bahwa risiko manajemen dalam proses procurement dapat membantu organisasi mengatasi berbagai tantangan dan memanfaatkan berbagai peluang yang ada di sektor-sektor yang berbeda. Risiko manajemen juga dapat memberikan nilai tambah bagi organisasi dan stakeholder yang terlibat dalam proses procurement.

Referensi: